PONTIANAK- Nasib miris dialami dua ekor Bekantan. Satwa endemic kalimatan ini mati setelah ditangkap beramai-ramai oleh warga di sebuah ladang di Desa Tanah Hitam Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas, Sabtu (16/8).
Hermanto, warga sekitar mengatakan, ia mendapatkan kabar adanya terkait ditangkapnya dua ekor bekantan itu dari seorang rekannya. Penasaran dengan kabar itu, ia pun mendatangi rumah warga yang menangkap satwa liar itu. “Saya dapat kabar dari warga setempat, katanya ada bekantan ditangkap warga. Saya fikir itu monyet biasa. karena penasaran, saya pun mendatangi rumah warga itu, dan ternyata benar. Ada dua ekor bekantan yang ditangkap warga,” kata pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga pantai peneluran penyu di Paloh ini dihubungi Pontianak Post, Minggu (17/8).
Menurut Hermanto, dua ekor bekantan yang terdiri dari indukan dan satu anaknya ini ditangkap warga karena masuk ke area persawahan. Keberadaan kera hidung panjang ini membuat terkejut pemilik sawah. Sang pemilik sawah pun kemudian mengundang warga sekitar untuk beramai-ramai menangkap kera dengan nama latin (Nasalis larvatus) itu. “Informasinya bekantan itu masuk ke area persawahan, dan kemudian diburu warga,” katanya.
Melihat kondisi bekantan itu, ia mengaku miris. Dua ekor bekantan itu diikat di sebuah kayu, samping pohon pinang di halaman rumah. Melihat kondisi seperti itu, ia menyarankan agar bekantan itu dilepaskan. Namun sayang, sang pemilik enggan melepaskan satwa yang populasinya hampir punah itu. “Saya tak tega melihat bekantan itu. Dan saya menyarankan agar bekantan itu dilepaskan saja, karena pasti mati. Tapi orang itu minta bayaran, ganti rugi sebagai uang lelah karena sudah menangkap bekantan itu beramai-ramai,” lanjutnya.Hermanto, warga sekitar mengatakan, ia mendapatkan kabar adanya terkait ditangkapnya dua ekor bekantan itu dari seorang rekannya. Penasaran dengan kabar itu, ia pun mendatangi rumah warga yang menangkap satwa liar itu. “Saya dapat kabar dari warga setempat, katanya ada bekantan ditangkap warga. Saya fikir itu monyet biasa. karena penasaran, saya pun mendatangi rumah warga itu, dan ternyata benar. Ada dua ekor bekantan yang ditangkap warga,” kata pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga pantai peneluran penyu di Paloh ini dihubungi Pontianak Post, Minggu (17/8).
Menurut Hermanto, dua ekor bekantan yang terdiri dari indukan dan satu anaknya ini ditangkap warga karena masuk ke area persawahan. Keberadaan kera hidung panjang ini membuat terkejut pemilik sawah. Sang pemilik sawah pun kemudian mengundang warga sekitar untuk beramai-ramai menangkap kera dengan nama latin (Nasalis larvatus) itu. “Informasinya bekantan itu masuk ke area persawahan, dan kemudian diburu warga,” katanya.
Keesokan harinya, Minggu (17/8), ia mendapat kabar jika bekantan itu sudah disembelih dan dagingnya dipotong-potong warga. “Tadi saya telpon orangnya, menanyakan kabar bekantan itu, katanya bekantan itu sudah disembelih dan dipotong-potong warga karena anaknya sudah mati lebih dulu dan induknya sakit karena jatuh dari pohon. Dagingnya dibagi-bagikan ke warga lainnya,” kata Hermanto.
Bekantan merupakan satwa endemic dan tersebar di hutan bakau, rawa dan hutan pantai di pulau Borneo (Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunei Darussalam). Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 monyet.
Sistem sosial bekantan pada dasarnya adalah One-male group, yaitu satu kelompok terdiri dari satu jantan dewasa, beberapa betina dewasa dan anak-anaknya. Selain itu juga terdapat kelompok all-male, yang terdiri dari beberapa bekantan jantan. Jantan yang menginjak remaja akan keluar dari kelompok one-male dan bergabung dengan kelompok all-male. Hal itu dimungkinkan sebagai strategi bekantan untuk menghindari terjadinya inbreeding.
Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain. Untuk menunjang kemampuan berenangnya, pada sela-sela jari kaki bekantan terdapat selaputnya. Selain mahir berenang bekantan juga bisa menyelam dalam beberapa detik, sehingga pada hidungnya juga dilengkapi semacam katup.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, bekantan dievaluasikan sebagai Terancam Punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.
(Sumber berita dan foto : Pontianak Post Online)
No comments:
Post a Comment