Disamping habitatnya terdesak
oleh kegiatan-kegiatan manusia, merosotnya jumlah populasi bekantan (Nasalis larvatusWurmb) juga
disebabkan oleh kemampuan reproduksinya rendah biasanya satu induk bekantan
hanya mempunyai 1 (satu) anak, kemudian minimnya aktivitas seksual dari
aktivitas harian bekantan disinyalir ikut berpengaruh terhadap keberadaan jumlah
populasi bekantan saat ini.
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan
oleh Mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman tentang “Studi Tingkah Laku Harian Bekantan (Nasalis
Larvatus Wurmb) Di Kawasan Konservasi Mangrove Dan Bekantan (Kkmb) Kota Tarakan
Kalimantan Timur”, diperoleh informasi, bahwa aktivitas
seksual dari seluruh aktivitas yang dilakukan bekantan setiap harinya hanya 1,21%, berikut abstraksi hasil
penelitian tersebut :
Bekantan (Nasalis larvatusWurmb) merupakan
salah satu satwa endemik Kalimantan dan dilindungi baik secara nasional dalam
UU No.5 tahun 1990 dan secara internasional termasuk dalam CITES Appendix 1.
Penelitian ini dilaksanakan
selama 12 bulan dari bulan Maret2012– Februari2013. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei.
Pengamatan perilaku harian
menggunakan kombinasi antara Scan Sampling Method dan Time
Sampling Method. Pengambilan data tumbuhan dengan metode Sensus,
dan hasilnya dianalisis secara deskriptif.Perilaku harian yang diamati adalah
·
grooming (11,34%),
·
bermain (12,64%),
·
agonistik (3,89%),
·
seksual
(1,21%),
·
interaksi (16,71%),
·
istirahat (17,06),
·
dan makan
(31,34%).
Jenis pakannya adalah
·
daun muda (59,97%) ,
·
buah pisang (33,98%),
·
dan jenis lainnya (6,05%).
Perilaku makan merupakan perilaku yang paling banyak dilakukan, dan
perilaku seksual merupakan perilaku yang
paling sedikit dilakukan. Daun muda adalah jenis pakan yang paling banyak
dimakan dibanding dengan jenis pakan lainnya.
sumber : psdp.bio.unsoed.ac.id
No comments:
Post a Comment